Corat Coret

Just corat-coret... Take it easy. I'm not teaching, but I'm just learning.

Tuesday, April 18, 2006

Nostalgia, Andai ini dan andai itu

Buat yang seangkatan saya, mungkin sempat merasakan nikmatnya bersabar dengan komputer XT 8088. Pada masa kejayaan DOS dan game Digger itu, jiwa dan raga masih muda, bergairah tinggi untuk mengecap ini dan itu. Hasilnya GW-Basic pun terkuasai dengan nilai plus. Beberapa tahun setelah itu, karena rangsangan ingin tenar dan nge-trend, QuickBasic dan Pascal+OOP pun berhasil dikuasai pula ditambah dengan sedikit kemampuan Assembly. Yang dapat dikenang pada masa-masa itu, sebagai hobyist saya ternyata cukup produktif menghasilkan software dan library kecil serta beberapa game sederhana.

Anehnya, seiring dengan waktu berjalan, OS berganti dan versi baru language bermunculan, produktivitas malah menurun secara drastis. Padahal, language-language baru tersebut dirancang sedemikian rupa untuk rapid development katanya. Jujur saja, ada sesuatu yang aneh saya rasakan saat melihat dan menjajal language-language yang dilengkapi dengan IDE komplit dengan pendekatan visual tersebut. Ada perasaan yang menyepelekan hasil yang akan didapat. It's too easy (mungkin saja perasaan itu muncul karena latar belakang pekerjaan saya bukanlah seorang programmer). Bayangkan saja, dulu untuk membuat satu form plus shadow (versi DOS tentunya) dengan text mode, dilengkapi dengan interactive field (textbox) dan button yang reaktif terhadap klik mouse dibutuhkan beratus-ratus baris kode. Belum lagi jika ditambah dengan fasilitas scrolling screen yang membutuhkan assembly code disitu. Di Visual Basic atau Delphi, semua masalah itu bisa diselesaikan tanpa coding sedikitpun dalam waktu tidak sampai 5 menit saja. Untuk orang yang membangun software dengan visual programming, mungkin sebutan programmer sudah tidak cocok lagi karena banyaknya component yang benar-benar siap pakai sehingga fokusnya lebih condong ke component arranger. Nama yang tepat mungkin comprogrammer. (he he he, bisa-bisa gue aja).

Di tengah-tengah kemandulan dan keengganan saya dengan visual programming, baru-baru ini saya menemukan language baru karya cipta wong Kanada yang menarik untuk dicoba, Euphoria. Interpreter ini benar-benar murni line programming. Belakangan, beberapa volunteer yang dipelopori David Cunny berhasil membangun satu library ditambah lagi dengan Judith yang membuat IDE ala visual programming sehingga language ini makin menarik buat saya, karena kode library dan IDE tersebut terbuka serta traceable sehingga enak untuk dipelajari. Banyak hal menarik dari Euphoria, diantaranya:
- Programmer tak perlu pusing lagi dengan yang namanya memory allocation.
- Statement dan fungsi jauh lebih sedikit dibanding dengan language lain.
- Cepat dan stabil. Belasan kali dibandingkan dengan PERL dan Python.
- Tipe variabel atom dan sequence yang powerfull dengan range value yang luas. Untuk atom mulai dari 10 pangkat -300 sampai dengan 10 pangkat 300.
- Multiplatform. DOS, Windows dan Linux/BSD.
- Ada fasilitas konversi ke executable file.
- masih banyak lagi yang lainnya

Cukup mumpuni memang, setelah belajar dan mencoba beberapa hari belakangan ini, gairah yang sempat hilang perlahan mulai muncul lagi. Tapi untuk seproduktif dulu lagi??? Ya enggak janji.

Disamping Euphoria, adalagi Qu programming. Sangat membanggakan, ini adalah hasil oprekan anak Indo Raya. Ini adalah software turunan dari Python. Run-timenya termasuk mengagumkan, mampu mengalahkan Euphoria. Sayangnya, saat ini Qu hanya berjalan di platform Linux dan benar-benar merupakan intrepreter murni karena belum tersedia tools kompilasinya. Biarpun begitu, mas Marc Krisnanto sudah memulai sesuatu yang bagus. Kita juga bisa memberikan kontribusi jika mampu.

Sayang saya tidak mumpuni di C language. Seandainya saja bisa, saya pasti mampu memberikan sesuatu untuk proyek Qu ini, karena setidaknya saya pernah mendesain dan membuat intrepreter sederhana untuk penulisan ilmiah saya kemarin yang sayangnya dibangun dengan Turbo Pascal. Seandainya saja kemarin saya tidak bermalas-malasan untuk memulai belajar bahasa C ini, mungkin saja saya bisa membuat Qu bisa berjalan di atas platform Windows. Andai saja ini andai saja itu. Berandai-andai terus. Tapi tak mengapa, toh Harry Potter dan Star Trek dibuat dengan berandai-andai yang ujung-ujungnya menghasilkan uang melimpah untuk sang pengkhayal.

Wassalam

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

/body>