Corat Coret

Just corat-coret... Take it easy. I'm not teaching, but I'm just learning.

Friday, August 04, 2006

Si Gendut nan Lamban

Masih melanjutkan uneg-uneg saya. Terkadang terpikir oleh saya, mengapa setiap produk Microsoft begitu "bengkak" dan lamban setiap peningkatan versi???
Saya sempat berasumsi, mungkin karena menu help yang sangat representatif. Microsoft harus diakui, memang sangat ahli (mungkin yang terbaik saat ini) dalam menyusun menu bantuan ini. Konon, mereka merekrut orang-orang dengan background psikilog khusus untuk membangun menu bantuan ini. Ternyata asumsi saya salah besar. Dalam paket default Windows 2K, dari keseluruhan konsumsi harddisk yang sekitar 1 GB, file help ternyata hanya sekitar 18MB. Dan setelah diselidiki, ternyata memang file aplikasi dan library memakan porsi sangat besar.

Besarnya file executable file dan library file tentunya menunjukkan besarnya kode sumber penyusun aplikasi tersebut. Setiap perubahan versi, tentunya terdapat algoritma dan metode-metode baru yang ditanamkan dalam kode sumber tersebut. Kode sumber pun membengkak dengan resiko bug bermunculan dimana-mana. Karena telah bengkak, tentunya sumber kode seharusnya diimbangi dengan algoritma yang efisien agar performance aplikasi tidak terganggu. Namun saya belum pernah merasakan perubahan performance secara signifikan pada setiap perubahan versi Windows, malah cenderung menurun. Saya tidak berbicara secara angka statistik disini, tapi hanya dari apa yang saya rasakan. Silahkan rasakan sendiri perbedaan performance antara Windows 98 dengan Windows 2K dan Windows XP pada hardware yang sama. Tidak usah yang berat-berat, lihat perbedaannya saat browsing folder. Fitur memang bertambah di setiap versinya, namun tidak dibarengi dengan peningkatan performance.

Untuk hal peningkatan performance di setiap produknya, sepertinya Microsoft berada dibelakang komunitas open-source. Secara kasat mata, bisa dibandingkan performance antara Linux dengan kernel 2.2 s/d 2.6 di mesin hardware yang sama. Dengan penambahan fitur yang seabrek-abrek tapi tidak mengurangi performance secara signifikan.

Jika saya amati, Microsoft tampak lebih memfokuskan ke User Friendly Interface yang jujur saya akui memang nyaman. Tapi sayangnya, mereka seolah-olah lupa dengan performance tuning di produk-produk mereka. Dengan kejadian seperti ini, mau tidak mau setiap peningkatan versi produk, requirement hardware juga terpaksa ditingkatkan (saya tak tahu, ini American strategic atau memang harus begitu adanya). Contoh ringan untuk ini adalah Windows Vista yang menyita kapasitas harddisk hingga 8 GB dan RAM 512 MB. Dengan requirement seperti itu, saya bisa menginstall 5 jenis distro Linux default configuration di satu PC.

Contoh kecil lainnya, untuk fitur Windows Aero yang masih dalam tahap percobaan ini, kita harus berkorban lagi untuk membeli video card yang mendukung WDDM. Bandingkan dengan fitur yang sama di open-source, Xgl, walaupun dalam tahap beta version, namun terbukti bisa berjalan baik dan mulus di video card lawas kelas teri.

Apa yang salah dalam rancang bangun produk software house nomor wahid di dunia tersebut? Tak pasti jawabannya. Yang pasti, open-source memiliki keunggulan dalam keterbukaan yang memungkinkan antar programmer saling membantu saat membangun satu software. Kode sumber dalam komunitas pun terlihat tersusun rapi, traceable dan gampang untuk ditambal-sulam. Kalau kode sumber penyusun Windows saya tidak tahu, tapi rasa-rasanya jauh lebih njlimet seperti mie ayam.

Sudah menjadi takdir bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan. Dalam hal membangun software, dari segi kemampuan algoritma mungkin antara top programmer Microsoft dan top programmer open source tidak ada perbedaan yang mencolok. Tapi apakah ide yang muncul dari 100 kepala top programmer Microsoft lebih baik dan kreatif dibandingkan dengan 50 top programmer open source ditambah 1000 programmer kelas mediocre? Anda tahu sendiri jawabannya.

CMIIW

Wassalam

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

/body>